TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK PEMINJAMAN BIBIT PADI KECAMATAN LUAS KABUPATEN KAUR

Saroli,, Mefia Mensi (2024) TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK PEMINJAMAN BIBIT PADI KECAMATAN LUAS KABUPATEN KAUR. Undergraduate thesis, UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu.

	Text (Skripsi) MENSI MEFIA SAROLI_2011120007.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (3MB) | Request a copy
	Text (Skripsi) BAB I.pdf - Submitted Version Download (259kB)
	Text (Skripsi) BAB II.pdf - Submitted Version Download (502kB)
	Text (Skripsi) DEPAN.pdf - Submitted Version Download (1MB)

Abstract

Rumusan masalah dari penelitian ini (1) Bagaimana Praktik peminjaman bibit padi di kecamatan luas kabupaten Kaur? (2) Bagaimana Tinjauan Fiqih Muamalah terhadap praktik peminjaman bibit padi di kecamatan luas kabupaten Kaur? Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. hasil penelitian ini bahwa (1) praktik peminmjaman bibit padi di kecamatan luas kabupaten kaur dalam praktiknya disini dimana si pemijam meminjam bibit padi ketangga atau sanak saudara dengan akad meminjam bibit yang tidak di gunakan dengan jumlah yang sudah ditentukan dan peminjam memberikan bibit yang dibutuhkan dengan jumlah tesebut dan dalam pengembaliannya peminjam menggunakan 2 cara dalam pengembalian bibit padi, yang pertama mengembalikan dalam bentuk padi dan yang ke dua mengembalikan dalam bentuk sudah menjadi beras. (2) dalam tinjaun fiqh muamalah terhadap praktik peminjaman bibit padi di kecamatan luas kabupaten kaur. Dalam pinjamannya 25 kebat bibit padi di kembalikan oleh peminjam sebanyak 1 cupak padi atau beras denga selisi harga yang berbeda, dimana di pasaran saat ini Rp. 23.000,-/ cupak, sedangkan harga beras di pasaran saat ini Rp. 25.000,-/ cupak yang mana masyarakat tidak mempermasalahkan hal tersebut dalam pendapat fuqaha yang melarang qard dengan emas dan perak beralasan bahwa keduanya itu disamakan dengan barang sedangkan fuqaha yang membolehkannya beralasan bahwa emas dan perak disamakan dengan dirham dan dinar karena pasarannya hanya berbeda sedikti.

Actions (login required)

View Item