OCTAVIA, ANGEL LARA (2025) RITUS MULANG AYIK PADA ETNIK REJANG DI DESA KOTA AGUNG KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU. Undergraduate (S1) thesis, UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu.
![]() |
Text
DEPAN.pdf Download (2MB) |
![]() |
Text
BAB I.pdf Download (11MB) |
![]() |
Text
BAB II.pdf Download (11MB) |
![]() |
Text
BAB III.pdf Download (11MB) |
![]() |
Text (Skripsi)
SKRIPSI ANGEL LARA OCTAVIA (2111290003) FIKS.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (12MB) |
Abstract
Ritus, sebagai bagian dari tradisi, memainkan peran signifikan dalam kehidupan komunitas. Ritus tidak hanya mencerminkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga hubungan antar manusia serta antara manusia dengan alam. Dalam berbagai budaya, ritus sering kali mengandung pesan moral, spiritual, dan sosial yang mendalam. Ia melibatkan struktur dan tahapan tertentu yang penuh makna, seperti tahapan persiapan, pelaksanaan, hingga penutupan. Ritus menjadi media untuk memperkokoh solidaritas sosial serta sarana untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang khas. Keunikan dari sebuah ritus terletak pada makna simbolis dan filosofi yang terkandung di dalamnya, yang biasanya diwariskan melalui lisan maupun praktik langsung. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui bentuk simbolik, makna simbolik, dan fungsi simbolik dari ritus mulang ayik pada etnik Rejang di Desa Kota Agung Kecamatan Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Ritus ini merupakan prosesi adat pemandian bayi yang berusia 40 hari yang melibatkan beberapa syarat perlengkapan yang menjadi simbol dan makna. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggali data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi untuk memahami setiap bentuk perlengkapan serta makna yang terkandung dalam ritus mulang ayik tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritus mulang ayik memiliki 20 (dua puluh) syarat perlengkapan yaitu slo, hikmah mageh bayi, pacuh, kehis/pisea, kecak uleu bayi, lebung boloah, gerigik boloah, ahang tukeu, tikeh panen/purun, serawo, mei, monok gulei, gulo jijei, benik, pei mlea, pei, kebaya bep, tekuluk uleu, baju panjang dan celana panjang. Setiap syarat tersebut mencerminkan ungkapan terima kasih dan rasa syukur kepada Tuhan serta harapan agar bayi tumbuh menjadi anak yang membawa kebahagiaan, menjadi anak yang taat pada agama, memiliki karakter yang positif, memiliki jiwa sosial yang baik dan bisa menjadi kebanggaan bagi keluarga. Ritus mulang ayik ini berfungsi sebagai kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan simbolik agama. Penelitian ini menekankan tentang pentingnya ritus mulang ayik sebagai bagian dari identitas budaya dari etnik Rejang sekaligus sebagai upaya pelestarian warisan budaya lokal di tengah arus modernisasi.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||||||||
Uncontrolled Keywords: | Bentuk Simbolik, Makna Simbolik, Fungsi Simbolik, Ritus Mulang Ayik, Etnik Rejang | ||||||||||||
Subjects: | Tarbiyah dan Tadris > Tadris Bahasa Indonesia | ||||||||||||
Divisions: | Fakultas Tarbiyah dan Tadris > Tadris Bahasa Indonesia | ||||||||||||
Depositing User: | Dr Syahril Syahril | ||||||||||||
Date Deposited: | 25 Sep 2025 07:38 | ||||||||||||
Last Modified: | 25 Sep 2025 07:38 | ||||||||||||
URI: | http://repository.uinfasbengkulu.ac.id/id/eprint/5467 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
Downloads
Downloads per month over past year